Kelompok pejuang al-Qaidah mengklaim memiliki senjata nuklir dan tidak ragu-ragu menggunakannya jika pemimpin mereka, Usamah bin Ladin ditangkap atau dibunuh oleh Amerika Serikat. Belum diketahui persis di mana senjata nuklir al-Qaidah disimpan, tetapi dilaporkan berada di Eropa. Hal ini diungkapkan oleh hasil interogasi terhadap tahanan al Qaidah di Guantanamo yang membocorkan data rahasia di situs pembocor, WikiLeaks, seperti yang dilaporkan oleh surat kabar The Telegraph, Senin ini, 25 April 2011.
Teror nuklir al-Qaidah ini disampaikan oleh Khalid Sheikh Mohammed, komandan operasional al-Qaidah yang ditahan di Guantanamo dan akan diadili tahun ini atas perannya sebagai dalang serangan 11 September 2001. Dia mengatakan bahwa mereka memiliki fasilitas nuklir yang tersembunyi di suatu tempat di Eropa. Mohammed mengatakan bahwa nuklir itu akan meledak jika Usamah bin Ladin ditangkap atau dibunuh. Dia menjelaskan bahwa al-Qaidah akan melancarkan serangan "neraka nuklir" ke seluruh dunia jika hal itu terjadi. Ini bukan ancaman kosong, menurut dokumen WikiLeaks, intelijen AS telah mengungkapkan pembelian percobaan bahan baku nuklir oleh al-Qaidah. Diperkirakan bahwa kelompok militan ini juga memiliki uranium, bahan utama dari tenaga nuklir. Mohammed juga mengungkapkan bahwa al-Qaidah telah merencanakan serangan besar-besaran di negara-negara besar di Asia, Afrika, Amerika Serikat, dan Inggris. Sebagian besar perencana serangan kini menjadi tahanan di Guantanamo. "Para tahanan memiliki berbagai rencana untuk serangan terhadap AS, sekutunya, dan berbagai kepentingan di seluruh dunia. Mereka berencana untuk membuat warga AS menderita, terutama dalam hal ekonomi, yang hal itu juga akan mengubah urutan kebijakan politik AS," kata Mohammed. Dokumen WikiLeaks itu didistribusikan di halaman situs The Telegraph, Washington Post, dan beberapa harian besar dunia lainnya dengan telah mengungkapkan hasil interogasi di Guantanamo selama lebih dari 10 tahun yang terdiri dari ribuan dokumen. Penjara Guantanamo dibuka pada Januari 2002 di sebuah pangkalan militer AS di Kuba. Dalam penjara ini ditahan ratusan tersangka teroris tanpa terlebih dahulu menjalani proses pengadilan. Karena metode interogasi yang dianggap kejam, penjara ini menuai banyak kritik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar